Sabtu, 14 Mei 2016

BERBEKAL KEMAUAN DAN 25.000 RUPIAH, GERDA PERTIWI JADI PENULIS

Bismillahirrahmaanirrahiim.. Assalamu 'alaikum wr. wb.

Wanita sederhana dengan senyuman manis ini datang mengenakan jaket 'blue jeans' cassual dengan hijab putih hitam yang membuat sosok-nya terlihat 'cozy'. Jumat, 13 May 2016 di percaya sebagai 'Friday The 13th' oleh penggemar fiksi horor barat sebagai hari yang menakutkan, karena pada hari itu bertepatan dengan hari kematian Freddy Krueger, monster rekaan Barat yang menghantui anak-anak dan masyarakat urban dengan dendamnya. Namun mitos ke-horor-an hari itu semua, sirna seketika dengan kedatangan Gerda Pertiwi, penulis 'Let's Hijrah' buku karya-nya yang saat ini sudah memasuki rekor penjualan 2000 eksemplar dengan edisi cetakan ke dua.


Gerda Pertiwi, sosok cerdas dan visioner, penulis buku laris 'Let's Hijrah'.

"Aku mulai menulis sejak kecil, kira-kira ketika aku berumur 9 tahun," Papar Gerda setelah melewati scene basa-basi silaturahmi standar. "Waktu itu aku iseng nulis tentang dunia yang aku kenal, anak-anak. Lalu tanpa sepengetahuanku tulisan itu dibawa oleh Papa ke sebuah majalah. Nggak berapa lama kemudian ketika aku pulang sekolah di meja makan sudah ada satu majalah terbuka dan memuat tulisanku disertai uang honor sebesar Rp 25.000,-. Aku kaget bercampur senang. Bayangin, anak kecil dapet uang segitu, saat itu dari hasil tulisanku sendiri. Udah deh, sejak saat itu aku rajin menulis, disamping karena memang suka menulis tentu ada 'nilai tambah' nya secara fiansial. Hehehehe.."

 "Let's Hijrah aku tulis berangkat dari kekagumanku kepada sosok beberapa pesohor yang melakukan 'hijrah' kepada Allah dan meninggalkan ke-glamoran yang menggiurkan bagi kebanyakan pesohor lain." Lanjut Gerda Pertiwi mengenang motivasinya menulis 'Let's Hijrah'.


Gerda Pertiwi adalah Profesional dibidang Televisi Nasional. Sebelum tahun 2010, Gerda berkarir di salah satu televisi Nasional. Lalu pada peretengahan 2010 Gerda dipercaya sebagai Eksekutif Produser di Alif Tv yang basic konten programnya adalah Religi Islam. Gerda juga sempat melanglang buana kebeberapa PH besar, ketika itu Gerda mengalami sindrom yang sering dialami kebanyakan wanita karir, 'kekosongan spiritual'. Maka Gerda Pertiwi melakukan perenungan, muhasabah dan introspeksi diri. Pencarian spiritual-nya akhirnya berakhir ketika Gerda dipercaya menjadi Eksekutif Produser di Alif Tv untuk menangani program-program religi. Dari pengalaman menangani program-program religi itulah suatu ketika Gerda terinspirasi untuk menulis 'Let's Hijrah' yang ternyata diterima sangat baik oleh masyarakat maupun selebritinya sendiri.

 "Gerda anak Jendral ya ?"
"Lho kok abang tahu ?"
"Itu di-mata-nya ada bintang dua..!!" tawa lepas keluar dari obrolan kami yang semakin menarik. "Huwegh.. Kantong mana kantong.."

"Aku kagum dengan pilihan hidup para selebriti yang berhijrah itu," Tutur Gerda lagi, "Dan menurut aku itu adalah pengorbanan terbesar dari diri kita untuk menuju cinta Allah, dan aku terinspirasi dari rasa kekaguman itu."

"Alhamdulillah ketika niatku untuk menulis cerita tentang Hijrah-nya para selebriti itu, mereka semua menyambut baik dan aku bahkan bisa mendapatkan data yang aku perlukan tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun. Disitu Aku merasa 'Amaze' dengan sikap hidup yang mereka tunjukan kepadaku. Artinya, aku membuktikan sendiri bahwa hijrah yang mereka lakukan bukan sekedar di mulut dan di media sebagai pencitraan, tapi aku merasakan aplikasinya dalam tutur kata, gestur dan perilaku untuk kebaikan."

Gerda Pertiwi menulis kisah tentang perjalanan dan proses spiritual Hijrahnya para selebriti antara lain ; Dimas Seto, Tommy Kurniawan, Dude Herlino, Caesar Aditya, Yulia Rachman, Alyssa Subandono dan Sakti - mantan gitaris SO7.

"Saat ini alhamdulillah sudah terjual 2000 eksemplar dan dari penerbit Kawan Pustaka pun memutuskan untuk menerbitkan kembali cetakan ke dua buku 'Let's Hijrah' ini. Alhamdulillah..." 


'Lets Hijrah' sudah masuk cetakan ke dua.


"Aku punya harapan besar agar Muslimah Indonesia Mampu mengembangkan pribadi dan keterampilannya, utamanya dari segi pemikiran untuk mampu bersaing di era global ini, bukan hanya strugle for live itu adalah salah satu bentuk emansipasi, tetapi lebih kepada 'rasa bersyukur'. Allah sudah jelas menegaskan 'Barangsiapa bersyukur (pasti) akan AKU tambahkan nikmatKU'. Jadi sebagai muslimah, kita harus cerdas bersyukur, dan sabar berjuang untuk kemashlahatan diri dan umat. Insya Allah." Gerda Pertiwi memberikan senyum manis pamungkas disertai isyarat bahwa pembicaraan kami - redaktur dan dirinya - telah selesai.

Kami berbasa-basi silaruttahmi standar closing scene, dilanjutkan dengan scene perpisahan. Dalam hati aku berkata mengutip idiom sastra klasik, 'bukan perpisahan yang aku tangisi, namun pertemuan yang datang terlambat'. Aiiiih.. rintik hujan dan kilatan cahaya langit bersekongkol dalam emosi.

(Segudang Pengalaman diluar menulis Gerda Pertiwi - Bonus TRACK)